Kamis, 01 November 2012

IMPULSE BUYING


Impulse Buying, menurut saya adalah dorongan belanja atau belanja yang tidak direncanakan atau bisa dibilang dadakan. Hal ini bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Misalkan, pada saat sedang berada di pusat perbelanjaan atau mall, lalu melihat suatu barang bagus dan pada saat itu juga langsung tertarik, dan membelinya. Dapat dilihat bahwa impulse buying ini terjadi secara reflek, spontan, dan otomatis, karena adanya ketertarikan langsung konsumen terhadap suatu produk yang dilihatnya secara tidak disengaja. Impulse buying juga bisa terjadi saat sedang melihat iklan di televisi, atau melihat selebaran brosur, atau billboard di pinggir jalan, yang menawarkan suatu produk, konsumen yang melihatnya langsung tertarik untuk membelinya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Nielsen, ternyata 85% pembelanja di ritel modern Indonesia cenderung untuk berbelanja sesuatu yang tidak direncanakan. Ini dapat dilihat pada grafik, di mana 61% konsumen biasanya memang merencanakanmembeli sesuatu sehingga mereka datang ke ritel. Namun demikian, mereka kadang-kadang juga membeli sesuatu yang lain. Artinya, mereka juga melakukan pembelian yangdirencanakan. Sebanyak 13% konsumen selalu membeli sesuatu yang lain, dan bahkan10% benar-benar tidak merencanakan untuk membeli.Memang wajar jika seorang konsumen datang ke supermarket atau hypermarket karena dorongan untuk membeli sesuatu. Namun kebiasaan membeli tanpa perencanaanselalu hinggap di benak konsumen pada saat masuk ke ritel tersebut.
Impulse buying bukan hanya terjadi di konsumen Indonesia, tetapi juga di banyak negara. Namun dari sebuah observasi, ternyata diketahui bahwa kecenderungan melakukan impulse buying terbesar yaitu di negara-negara kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Impulse buying bisa disebabkan oleh beberapa faktor dibawah ini:
1.      Display / tampilan/ merchandising/ signage
Saat konsumen hendak membayar belanjaannya di kasir, lalu di dekat-dekat kasir ada misalkan permen, cokelat, majalah, dengan harga yang terjangkau
2.      Latah atau ikut-ikutan
Melihat ada orang yang mengambil suatu barang tertentu, yang si konsumen beranggapan produk tersebut dapat mempercantik penampilannya. Atau bisa juga saat ada kerumunan orang-orang yang memperebutkan suatu produk tertentu, karena mungkin sedang ditawarkan dengan harga yang lebih murah, padahal si konsumen itu tidak membutuhkan produk tersebut, atau bahkan mungkin sebenarnya stock produk tersebut masih banyak di rumahnya.
3.      Rayuan Sales Promotion Girl
Sebenarnya konsumen tidak mau membeli, tapi karena “dirayu” oleh sales promotionnya, bisa saja jadi tergoda untuk melakukan pembelian, atau bisa juga karena kasian dan merasa tidak enak untuk menolak sales promotion tersebut.
Jenis impulse buying:
  1. Reminder impulse buying , yakni terjadi pada saat konsumen di toko, melihat   produk dan kemudian membuatnya mengingat sesuatu akan produk tersebut. Bisa jadi dia ingat iklannya atau rekomendasi orang lain.
  2. Pure impulse buying , terjadi ketika si konsumen benar-benar tidak merencanakanapa pun untuk membeli.
  3. Suggested impulse buying, dimana si pembelanja diperkenalkan produk tersebutmelalui in-store promotion.
  4. Planned impulse buying, dimana si konsumen sebenarnya memiliki rencana,namun keputusan membelinya tergantung pada harga dan merek di toko tersebut.
Nah, sekian pembahasan singkat dari saya. Kesimpulannya, sebenarnya tidak ada yang salah dengan impulse buying, hanya saja jangan sampai justru lupa untuk membeli apa yang dibutuhkan, karena uangnya keburu habis untuk membeli apa yang diinginkan (tidak dibutuhkan) ;)
 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar